Pengalaman Lia hari ini……
Pada 21 Oktober 2022 Lia mengunjungi
salah satu siswa di salah satu kampung di Yogyakarta yang bernama Kwaron.
Lia bertemu dengan kedua orang tua
siswa itu. Dari kunjungan itu, Lia tau bahwa sang ayah berprofesi sebagai pengayuh
becak di Kota Yogyakarta, adapun sang Ibu menjaga toko saat malam hari di
Malioboro. Keluarga mereka tinggal di tempat kos yang terdiri hanya 1 kamar
saja. Kamar kos tersebut dihuni 5 anggota keluarga, ayah, ibu dan ketiga
anaknya. Anak pertama sudah menginjak usia remaja, anak kedua duduk di bangku
kelas 3 SD dan si bungsu berusia 9 bulan.
Sang ayah tidak bisa membaca ataupun
menulis. Miris memang, di kota yang terkenal sebagai Kota Pelajar nyatanya
masih ada warganya yang buta huruf. Tapi mau bagaimana lagi, ekspektasi
seringkali tidak sesuai dengan kenyataan. Namun kondisi demikian tidak membuat
sang ayah berpangku tangan pasrah dengan keadaan. Meskipun tidak bisa membaca
maupun menulis, sang ayah dengan semangat mendukung agar anak-anaknya agar memperoleh
pendidikan yang layak.
Semangat sang ayah diwujudkan dengan
mendaftarkan anak keduanya belajar di lembaga non formal meskipun secara
ekonomi terbatas. Anak keduanya merupakan anak yang ceria dan semangat namun
memiliki kemampuan yang kurang dibandingkan dengan teman seusianya. Saat ini ia
sudah kelas 3 SD, namun belum bisa membaca. Oleh karenanya, sang ayah
mendaftarkan anak keduanya ini untuk belajar di luar sekolah agar dapat
memperoleh pengajaran yang maksimal.